MAKALAH METODOLOGI PEMBELAJARAN
Disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Metodologi Pendidikan
Dosen:
Dr Akif Khilmiyah, M.Ag
Dosen:
Dr Akif Khilmiyah, M.Ag
Oleh :
Lina Nur Shofiyyah 20140720093
Esti Nurbaiti 20140720123
FAKULTAS AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebelum
muncul teori Multiple Intelegent (kecerdasan majemuk) dunia pendidikan sekolah
masih menempatkan IQ peserta didik di posisi pertama, melihat peserta didik
dari segi kecerdasan intelektual saja, ditunjukan dengan nilai akademik. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan muncullah teori kecerdasan
majemuk (multiple intelegent). Para neurolog, pedagog dan ahli psikolog
khususnya mengemukakan bahwa kecerdasan tidak hanya kecerdasan intelektual
(IQ). Strategi pembelajaran berbasis multiple intelegences merupakan
suatu upaya mengoptimalkan berbagai intelegensi yang dimiliki setiap
siswa dan memacu
kecerdasan yang dominan pada diri siswa seoptimal mungkin. Dalam penerapan strategi
pembelajaran berbasis multiple intelegences, siswa lebih aktif dan
berani untuk mengemukakan
pendapat sehingga pembelajaran di kelas menjadi
lebih aktif dan tidak monoton.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan kecerdasan?
2. Apa yang di maksud multiple intelegent
(kecerdasan majemuk)?
3. Menyebutkan sembilan kecerdasan menurut
Howard Gardner.
4. Bagaimana Pengembangan Kecerdasan Majemuk
pada Metode Pembelajaran PAI untuk Anak Usia SD?
5. Jelaskan sisi positif dan sisi negative
dari penerapan multiple intelegent
C. TUJUAN MAKALAH
1. Memahami pengertian kecerdasan.
2. Memahami pengertian multiple intelligence
3. Memahami makna sembilan kecerdasan menurut Howard Gardner
4. Memahami Pengembangan Kecerdasan Majemuk
pada Metode Pembelajaran PAI untuk Anak Usia SD
5. Mengetahui sisi positif dan sisi negative
dari penerapan multiple intelegent.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KECERDASAN
Pengertian kecerdasan menurut Howard
Gardner adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk
yang mempunyai nilai budaya atau suatu kumpulan kemampuan atau ketrampilan yang
dapat ditumbuh kembangkan. Rentang masalah atau sesuatu yang dihasilkan mulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks termasuk mulai dari upaya mengakhiri cerita,
menentukan langkah-langkah permainan catur, menambal selimut yang sobek, sampai
menghasilkan teori-teori, komposisi musik dan politik. Seseorang dikatakan
cerdas bila ia dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan mampu
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi umat manusia.
Menurut Howard Grdner multiple
intelegence (kecerdasan majemuk) adalah kecerdasan yang dimiliki oleh tiap
individu lebih dari satu macam. Menurut Howard Gardner setiap individu memiliki
delapan jenis kecerdasan di dalam dirinya, yang disebut kecerdasan majemuk
(multiple intelligence).
Teori tersebut mencoba memperbaiki pandangan
umum di dunia psikologi dan dunia pendidikan yang mengatakan bahwa semua anak
adalah sama, sehingga semua anak harus dididik dengan cara yang sama, mata
pelajaran yang sama dan harus memiliki cita-cita yang sama. Semua serba seragam
itulah nuansa pembelajaran Mono Intelligence. Sebaliknya Howard Gardner melihat
bahwa setiap anak adalah unik, karena uniknya itulah maka setiap anak (setiap
orang) itu berbeda, karena berbeda itulah maka sebaiknya pendidikan dan
pelatihan yang (efektif) diberikan pun harus berbeda-beda pula. Dengan demikian
bidang keahlian dan bidang ketrampilannya pun berbeda-beda dan itu adalah
fakta. Howard Gardner berpendapat bahwa setiap anak adalah cerdas pada
bidangnya masing-masing, dan tidak ada anak yang cerdas pada semua bidang.
Howard Gardner adalah seorang psikolog dan ahli pendidikan. Dia
lahir pada tanggal 11 Juti 1943 di Scranton, Pennsylvania. DaIam perjalanan
karirnya pada tahun 1995-sekarang, dia menjabat sebagai ketua tim Proyek Zero
di Harvard Graduate School of Education, yaitu kelompok penelitian yang
bertujuan untuk memperkuat pendidikan seni. Melalui penelitian di proyek itulah
dia menemukan teori kecerdasan majemuk, menunjukkan bahwa pada dasarnya setiap
individu memiliki banyak kecerdasan.. Mula-mula Gardner menemukan tujuh jenis
kecerdasan tetapi kemudian mengembangkannya menjadi delapan, dan membahas
kemungkinan kecerdasan yang ke sembilan. Adapun kecerdasan-kecerdasan tersebut
yaitu:
a. Kecerdasan Linguistik/verbal
Kecerdasan Linguistik/verbal adalah kemampuan
untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif, baik secata oral
maupun tertulis. Orang atau anak yang memiliki kecerdasan ini cenderung
menyukai dan efektif dalam hal berkomunikasi lisan & tulis, mengarang
cerita, diskusi & mengikuti debat suatu masala, belajar bahasa asing,
bermain “game” bahasa
pandai membuat puisi, tepat dalam tata
bahasa, kaya kosa kata, menulis secara jelas.
b. Kecerdasan matematis-logis
Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan
untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola serta pemikiran logis dan ilmiah.
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal
menghitung, menganalisis hitungan menemukan fungsi-fungsi dan hubungan, memperkirakan,
memprediksi, bereksperimen, mencari jalan keluar yang logis, menemukan adanya
pola, membuat langkah-langkah, bermain permainan yang perlu strategi, berpikir
abstrak dan menggunakan simbol abstrak.
c. Kecerdasan ruang-spasial
Kecerdasan ruang-spasial adalah kemampuan
untuk menangkap dunia ruang-spasial secara tepat. Seseorang yang memiliki
kecerdasan ini
cenderung menyukai dan efektif dalam hal
arsitektur, bangunan, dekorasi, apresiasi seni, desain, denah, membuat dan
membaca chart, peta, koordinasi warna, membuat bentuk, patung dan desain tiga
dimensi lainnya, dapat membayangkan secara detil benda-benda.
d. Kecerdasan musical
Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk mengembangkan,
mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara.
Seseorang yang cerdas dalam jenis ini
cenderung menyukai dan efektif dalam hal menyusun/mengarang melodi dan lirik, bernyanyi
kecil, menyanyi dan bersiul, mudah mengenal ritme, belajar dan mengingat dengan
irama, lirik, menyukai mendengarkan dan mengapresiasi music, memainkan
instrumen musik, mengenali bunyi instrume.
e. Kecerdasan kinestetik-badani
Kecerdasan kinestetik-badani adalah
kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan atau
perasaan. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif
dalam hal mengekspresikan dalam mimik atau gaya atletik, menari dan menata
tari, kuat, mudah belajar dengan melakukan, dan pandai menggunakan bahasa tubuh
f. Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan
untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan
temperamen. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan
efektif dalam hal mengasuh dan mendidik orang lain, berkomunikasi, berinteraksi
beremphati dan bersimpati, memimpin dan mengorganisasikan kelompok, berteman, menyelesaikan
dan menjadi mediator konflik, menghormati pendapat dan hak orang lain, melihat
sesuatu dari berbagai sudut pandang, dan kerjasama dalam tim
g. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan
yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk
bertindak secara adaptatif berdasarkan pengenalan diri itu. Seseorang yang
cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal berfantasi,
“bermimpi”, menjelaskan tata nilai dan kepercayaan, mengontrol perasaan, mengembangkan
keyakinan dan opini yang berbeda, menyukai waktu untuk menyendiri, berpikir,
dan merenung, introspeksi, mengetahui dan mengelola minat dan perasaan, mengetahui
kekuatan dan kelemahan diri, memotivai diri, dan memahami konflik dan motivasi
diri
h. Kecerdasan naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk
mengerti alam lingkungan dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial
lain dalam alam naturaI; kemampuan untuk memahami dan menikmati alam; dan
menggunakan kemampuan tersebut secara produktif. Seseorang yang cerdas dalam
jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal menganalisis persamaan dan
perbedaan, menyukai tumbuhan dan hewan, mengklasifikasi flora dan fauna,
mengoleksi flora dan fauna, melihat sesuatu dalam alam secara detil, meramal
cuaca, menjaga lingkungan, mengenali berbagai spesies, memahami ketergantungan
lingkungan, melatih dan menjinakkan hewan
i. Kecerdasan eksistensial adalah kepekaan
atau kemampuan untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi manusia.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
di sekolah dasar (SD) pun kebanyakan masih diisi dengan muatan hafalan,
praktik-praktik ibadah ritual, dogmatisme agama, dan sejenisnya. Akibatnya,
pembelajaran PAI menjadi tidak menarik, membosankan, serta tidak bermakna bagi
siswa yang kecerdasan linguistik dan matematis-logisnya kurang menonjol, karena
siswa hanya bisa belajar dengan baik apabila materi disampaikan dengan
menggunakan metode yang sesuai dengan kecerdasan mereka yang paling menonjol.
Padahal, menurut Ariyani Syurfah, usia sekolah dasar (6-12) adalah masa
terpenting bagi anak, karena hal-hal yang dipelajari pada usia tersebut menjadi
pijakan untuk perkembangan selanjutnya.
Dalam hal ini pengembangan kecerdasan
majemuk anak dilakukan melalui metode pembelajaran PAI, sehingga pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan dan humanis. Oleh karena itu, metode-metode yang
diterapkan dalam proses pembebjaran PAI harus variatif, sesuai dengan
karakteristik PAI dan siswa.
Adapun pengembangan kecerdasan majemuk pada
metode pembelajaran PAI untuk anak usia sekolah dasar dapat dilakukan melalui
dua cara, yaitu:
1. Pengembangan kecerdasan majemuk melalui
kegiatan sembilan pertemuan
Sembilan kecerdasan dikembangkan dalam sembilan kali
pertemuan. Walaupun cara ini relatif efektif dalam mengembangkan kecerdasan
majemuk anak, namun kurang efisien diterapkan dalam pembelajaran formal di SD,
mengingat keterbatasan waktu pembelajaran PAI di SD.
Ada dua model yang dapat diterapkan pada cara pertama
ini, yaitu:
a. Sembilan pertemuan digunakan untuk mencapai satu indikator
Contoh dapat dilihat pada format pembelajaran al-Qur'an-Hadits
berikut:
Unit Sekolah :
Madrasah Ibtidaiyah
Kelas/Smt :
I/I
Materi :
Surat al-Fatihah
Indikator :
Siswa dapat melafalkan surat al-Fatihah
Guru mengembangkan sembilan kecerdasan dalam sembilan
pertemuan, namun hanya mencapai satu indikator.
b. Sembilan pertemuan digunakan untuk mencapai
sembilan indikator
Guru mengembangkan sembilan kecerdasan dalam sembilan
pertemuan, dengan Sembilan indicator yang berbeda dan materi yang berbeda.
2. Pengembangan kecerdasan majemuk melalui
satu kali pertemuan
Pengembangan kecerdasan majemuk melalui cara ini
dilakukan dengan mempersiapkan pembelajaran dengan menekankan pengembangan
minimal empat macam kecerdasan dalam setiap kali pertemun. Jadi, cara ini lebih
efektif dan efisien untuk diterapkan dalam pembelajaran formal di sekolah
Ada dua model yang dapat diterapkan pada cara kedua
ini, yaitu:
a. Satu pertemuan digunakan untuk mencapai satu
tujuan,
Contoh:
Unit Sekolah :
Madrasah Ibtidaiyah
Kelas/Smt :
VI/I
Materi :
Jual beli
Indikator :
Siswa dapat membedakan juaI beli yang diperbolehkan dan dilarang
Metode :
Demonstrasi, identifikasi, tabel, diskusi, mengapa seperti itu? Cooperative
Script
Alat :
Barang-barang yang boleh dan tidak boleh diperjual belikan, karton, dan spidol.
Adapun kecerdasan yang dikembangkan pada kegiatan pembelajaran tersebut antara
lain kecerdasan kinestetik-badani, matematis-logis, eksistensial, naturalis,
Hnguistik, dan interpersonal.
b. Satu pertemuan digunakan untuk mencapai beberapa
tujuan
Contoh:
Unit Sekolah :
Madrasah Ibtidaiyah
Kelas/Smt :
VI/U
Materi :
Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Indikator :
Siswa dapat menjelaskan riwayat hidup khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan dapat
menjelaskan kepribadian Abu Bakar Ash-Shiddiq
Metode :
Pengajaran sinergis, the power of two, dan topical review.
Alat :
Bacaan mengenai riwayat hidup dan kepribadian khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
yang diketik dan ditempel pada berbagai benda, baik kain, lempengan kayu,
karton, batu, dan sebagainya. Melalui kegiatan pembelajaran tersebut ada
beberapa kecerdasan yang berkembang, yaitu kecerdasan linguistik,
matematis-logis, interpersonal, spasial, dan naturais.
Jadi, dalam mengembangkan kecerdasan majemuk pada
metode pembelajaran PAI untuk anak usia sekolah dasar, minimal ada dua hal utama
yang harus dipahami, yaitu karakteristik PAI dan perkembangan peserta didik.
Selain dua hal tersebut, pada tahap perencanaan juga harus memperhatikan
pemahaman tentang konsep kecerdasan majemuk, ketersediaan waktu, dan kemampuan
memanfaatkan sumber belajar. Sedangkan pada tahap pelaksanaan guru harus mampu
menerapkan langkah-langkah pelaksanaan metode sesuai dengan kondisi subjek
pembelajaran tersebut.
Sisi Positf
1.
Aktivitas pengajaran yang disesuaikan dengan ragam kecerdasan yang
dimiliki oleh siswa sedikit banyak telah memunculkan semangat belajar dan rasa
percaya diri pada setiap siswa. Siswa digali kreativitasnya agar mereka dapat
mempelajari pelajaran sesuai dengan talenta yang ada pada mereka, misalnya
melalui lagu, pantun, puisi, drama dan lain-lain.
- Melalui penerapan teori Multiple Intelligence dalam pembelajaran PAI misalnya telah menggugurkan anggapan bahwa pelajaran PAI (misal) itu membosankan dan tidak menyenangkan. Karena melalui teori ini guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mempelajari PAI sesuai dengan ragam kecerdasan yang dimilikinya.
- Melalui teori Multiple intelligence ini pula siswa belajar untuk lebih menggali potensi yang ada pada dirinya dan dapat lebih menghargai talenta yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Selain itu siswa juga belajar untuk menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing, misalnya siswa yang biasanya dianggap bodoh karena selalu mendapat nilai buruk dalam pelajaran ternyata mampu membuat puisi dan menggubah syair lagu dengan konsep-konsep yang ada pada pelajaran tersebut dengan sangat indah.
- Metode ini juga sangat efektif karena mampu meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa dalam bentuk interaksi baik antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Bahkan interaksi ini lebih didominasi oleh interaksi antara siswa dengan siswa sedangkan guru hanya bersifat sebagai moderator saja. Tanya jawab antar siswa berjalan dengan sangat baik dan setiap penilaian yang diberikan oleh guru maupun siswa lainnya mampu memacu dirinya untuk lebih menggali konsep-konsep materi yang diajarkan sehingga menghasilkan rasa keingintahuan dan percaya diri yang tinggi.
Lebih jauh
lagi, melalui penerapan teori Multiple Intelligence dalam pembelajaran di
sekolah diharapkan siswa dapat melihat kenyataan bahwa mereka itu “unik”. Tuhan
menciptakan jutaan bahkan milyaran manusia dengan keunikan tersendiri. Mereka
juga dapat melihat bahwa Tuhan sudah menyediakan laboratorium terbesar bagi
mereka berupa alam semesta sehingga dengan kesadaran seperti ini maka
kecerdasan spriritual (SQ) mereka juga akan ikut tergali. Oleh karena itu
secara keseluruhan metode ini mampu menciptakan rasa belajar yang menyenangkan
yang pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan minat dan motivasi siswa pada
pelajaran. Indikator terakhir yang diharapkan tentu saja adalah adanya
peningkatan nilai rata-rata kelulusan pada mata pelajaran yang ada umumnya.
Sisi Negatif
1. Sedikitnya
waktu pembelajaran yang tersedia sedangkan materi yang harus diajarkan sangat
banyak. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dikatakan bahwa guru memiliki
kewenangan untuk memilih materi-materi esensial yang akan diajarkan kepada
siswanya, sedangkan kenyataannya adalah masih adanya tes bagi siswa (ujian
nasional dan ujian sekolah contohnya), dengan soal-soal yang notabene bukan
berasal dari guru yang bersangkutan. Sedang pemahaman tentang materi mana yang
dianggap esensial dan materi mana yang kurang esensial bagi setiap guru bisa
saja berbeda-beda. Akhirnya, mau tidak mau guru harus mengajarkan semua materi
yang ada dalam buku paket.
- Penerapan teori Multiple Intelligence dalam proses pembelajaran PAI akan membuat siswa tidak hanya duduk “manis” mendengarkan ceramah dari guru. Siswa diberi keleluasaan untuk mencari tempat dimana mereka akan belajar. Jadi proses belajar mengajar tidak selalu dilakukan di dalam kelas tetapi bisa di lapangan atau perpustakaan. Adakalanya ketika siswa berada dilapangan untuk mempraktekkan sesuatu, hal tersebut ikut memancing keingintahuan siswa yang sedang belajar di kelas lain sehingga guru-guru yang lain (mungkin) merasa terganggu.
- Penerapan teori Multiple Intelligence dalam ruang kelas juga memungkinkan terjadinya diskusi hangat dalam kelas. Adakalanya siswa berteriak atau bertepuk tangan untuk mengungkapkan kegembiraannya ketika mereka mampu memecahkan suatu masalah. Hal ini juga dapat menggangu konsentrasi guru dan siswa yang berada di kelas lain.
Adanya keengganan dari para guru untuk mengubah paradigma lama
dalam pendidikan. Kebanyakan guru sudah merasa nyaman dengan metode ceramah
sehingga mereka enggan untuk mencoba hal-hal yang baru karena dianggap
merepotkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Siti Rahmah “TEORIKECERDASAN MAJEMUKHOWARD
GARDNER DAN PENGEMBANGANNYA PADA METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMAISLAM
UNTUK ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Multiple Intelligences.pdf
0 komentar:
Posting Komentar